Ticker

Cara Tepat Memilih Obat Kanker

TANYA:
Dokter, saya wanita, 40 tahun, 2 tahun yang lalu didiagnosis kanker payudara oleh dokter masih stadium satu dan harus dioperasi. Waktu itu saya takut, dan memilih minum obat alternatif sampai sekarang, selama 2 tahun. Saat itu benjolan masih seukuran telur puyuh. Sekarang benjolan tambah besar menjadi sebesar bola tennis dan ada borok diatas benjolan tersebut dan di ketiak saya juga terasa ada benjolan. Saya jadi takut dok, harus bagaimana saya ini? Apakah ada obat alternatif selain operasi untuk kanker? Terimakasih (Ny. Neni, Pontianak).

JAWAB:
Banyak penderita kanker yang berusaha mencari obat alternatif . Dalam pemikiran mereka, obat alternatif untuk kanker adalah obat anti kanker selain operasi, radioterapi dan kemoterapi. Mereka takut untuk menjalani pengobatan yang akan dilakukan yang sudah dianjurkan dokter yang menanganinya karena takut efek samping yang akan terjadi serta biaya yang dianggap mahal serta berbagai alasan lain.

Obat antikanker yang mereka yakini akan menyembuhkan penyakit kanker yang dideritanya kebanyakan adalah obat-obat yang berasal dari tumbuhan baik yang diproses secara sendiri, maupun yang sudah dijual dalam bentuk jadi berupa kapsul, bubuk ataupun cairan dalam botol. Obat-obat tersebut mereka beli baik dari toko obat/apotik atau dari perorangan atau pesan langsung.

Mereka mengkonsumsi obat-obatan tersebut dan sangat yakin penyakit kankernya akan sembuh antara lain karena adanya masukan dari para kerabat, teman dekat, tetangga atau juga dari berita mulut ke mulut, dari iklan obat tersebut atau dari sumber lainnya. Sementara pengobatan utamanya yang dianjurkan dokter ditinggalkan.

Zaman sekarang adalah era tehnologi dan informasi yang makin maju. Banyak media cetak maupun elektronik, juga akses internet, marketing yang demikian gencar yang semuanya memberikan informasi tentang khasiat suatu obat.

Informasi ini sesungguhnya baik, namun harus dicermati secara mendalam, yang manakah diantaranya yang benar-benar dapat digunakan dan sudah terbukti khasiatnya dalam penyembuhan kanker.

Melalui Uji Klinik
Begitu banyak jenis obat anti kanker, yang masing-masing obat memiliki khasiat untuk mengobati jenis kanker tertentu, bukan untuk semua jenis kanker. Sampai saat inipun pengobatan untuk kanker umumnya adalah terapi kombinasi atau gabungan dari beberapa jenis obat, bukan hanya satu jenis obat saja.

Untuk sampai dapat digunakan sebagai obat antikanker, suatu obat atau kombinasi beberapa obat tentunya melalui tahap penelitian mulai dari ditemukan senyawa baru, penelitian pada hewan, kemudian percobaan klinis pada manusia.

Suatu senyawa yang baru ditemukan pada penelitian di laboratorium, apakah dari bahan alami ataupun sintesis, terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologik pada uji praklinik pada hewan percobaan. Bila ditemukan suatu aktivitas farmakologik yang mungkin bermanfaat, maka senyawa yang lolos penyaringan ini akan diteliti lebih lanjut.

Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik dan efek toksiknya pada hewan uji coba. Farmakokinetik antara lain menilai nasib obat dalam tubuh seperti absorbsi (penyerapannya), distribusi, metabolisme (pengolahannya), dan ekskresinya (pengeluarannya dari tubuh); sedangkan farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia organ tubuh serta mekanisme kerjanya.

Walaupun pada tahap ini obat tersebut memberikan data yang berharga, ramalan tepat mengenai efeknya pada manusia belum dapat dibuat karena spesies yang berbeda (hewan berbeda dengan manusia), tentu berbeda pula dalam menerima suatu obat, baik efektifitasnya, toksisitasnya dan lainnya.

Satu-satunya jalan untuk memastikan efek obat pada manusia, baik efek terapi maupun non terapinya, adalah dengan memberikan obat tersebut pada manusia dalam uji klinik.

Empat Tahap Uji Klinik
Pada dasarnya uji klinik bertujuan memastikan efektivitas, keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Uji klinik ini terdiri dari uji fase I sampai IV.

Suatu pengobatan yang menggunakan obat baru harus melalui uji klinik sebelum diijinkan pemakaiannya kepada penderita. Pada uji klinik, suatu obat baru akan dinilai, apakah memang benar-benar bermanfaat, bagaimana cara kerja pengobatan yang baru ini, apakah obat ini memberikan hasil yang lebih baik dari obat standar yang sudah ada dan sudah digunakan dan hasilnya sudah terukur, apa efek sampingnya, apakah efek samping yang terjadi lebih hebat dibanding obat yang sudah ada sebelumnya, apakah keuntungannya lebih tinggi dibanding efek samping yang ditimbulkan, pada penyakit kanker jenis mana obat ini yang paling tepat.

Pada uji klinik fase I, diteliti keamanan obat baru ini. Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia, biasanya dilakukan pada sukarelawan. Diteliti besarnya dosis tunggal yang dapat diterima artinya yang tidak menimbulkan efek samping serius. Juga diteliti sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat tersebut. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya dan dikerjakan di tempat yang sarananya cukup lengkap, dengan subjek berkisar 20-50 orang.

Fase II uji klinik, obat dicobakan pada penderita kanker yang kelak akan diobati dengan calon obat ini. Protokol penelitian dibuat oleh tim ahli dibidangnya, dinilai terlebih dahulu oleh panitia kode etik, dan protokol harus diikuti secara ketat, seleksi penderita harus cermat dan setiap penderita harus dimonitor dengan intensif. Pada fase ini dilihat efek farmakologik, penderita diberikan dosis tertinggi yang tidak menimbulkan efek samping hebat dan dilihat efek obat pada kanker. Efek samping pada penderita juga diteliti. Jumlah subjek pada fase ini antara 100-200 penderita.

Uji klinik fase III, untuk memastikan bahwa suatu obat baru benar-benar berkhasiat dan untuk mengetahui kedudukannya dibandingkan dengan obat standart yang sudah ada. Dilakukan pada sejumlah besar penderita yang tidak terseleksi ketat sehingga menyerupai keadaan sebenarnya dalam penggunaan sehari-hari di masyarakat. Pada fase ini dibandingkan antara obat yang baru dengan obat standart yang sudah ada, juga dibandingkan obat yang sama tetapi dengan dosis berbeda. Bila hasil uji klinik fase tiga menunjukkan bahwa obat baru ini cukup aman dan efektif, maka obat dapat diijinkan untuk dipasarkan. Jumlah penderita yang diikutsertakan pada fase ini paling sedikit 500 orang.

Penelitian uji klinik fase IV, merupakan survei epidemiologik menyangkut efek samping maupun efektivitas obat. Merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Dapat juga berupa uji klinik jangka panjang dalam skala besar untuk menentukan efek obat terhadap mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka kesakitan) sehingga datanya menentukan status obat yang bersangkutan dalam pengobatan.

Pada saat ini, waktu yang diperlukan untuk pengembangan suatu obat baru, mulai dari sintesis bahan kimianya sampai dipasarkan, dapat mencapai waktu 10 tahun atau lebih dengan biaya yang sangat mahal.

Harus teliti dan waspada.
Untuk menggunakan suatu obat, dokter tentunya sudah mempelajarinya terlebih dahulu secara mendalam mengenai obat tersebut, apalagi obat anti kanker yang efek sampingnya begitu banyak dan begitu hebat.

Obat anti kanker secara Internasional sudah baku dan sudah diteliti berdasarkan kaidah yang sudah disebutkan diatas. Hasilnya juga selalu dikemukakan pada forum pertemuan ilmiah Internasional, dimuat dalam journal kedokteran dan juga textbook kedokteran. Semua pengobatan tersebut tingkat keberhasilannya juga sudah diteliti dan terus diteliti.

Sebagian besar obat-obatan tersebut adalah dari bahan alami, termasuk tumbuhan. Sebagai contoh obat anti kanker payudara yang harganya cukup mahal dan saat ini khasiatnya cukup baik dan digunakan sebagai obat kemoterapi kanker payudara, ternyata berasal dari daun tumbuhan sejenis cemara yang disebut “yew tree’ yang sudah diteliti, dikembangkan dan diproduksi di Korea Selatan.

Mungkin diantara bahan tumbuhan yang ada di negara kita juga ada yang berkhasiat anti kanker, namun penelitian yang mendalam seperti yang sudah disebutkan di atas, belum sepenuhnya diterapkan . Sehingga untuk para dokter, obat-obat tumbuhan yang ada saat ini belum dapat dinyatakan dan digunakan sebagai obat anti kanker.

Sayangnya masyarakat saat ini banyak yang begitu cepat percaya pada suatu obat jenis dan merk tertentu akan menyembuhkan kanker serta berbagai penyakit lainnya sekaligus seperti darah tinggi, diabetes, rematik dll, karena informasi dari kawan, keluarga, media, marketing dsb.

Akibatnya penderita benar-benar hanya diberikan obat tersebut, sedangkan pengobatan utama yang dianjurkan dokter ditinggalkan.

Pada akhirnya kanker tidak sembuh bahkan makin membesar, menjalar dan menyebar ke seluruh tubuh, di mana stadiumnya menjadi bertambah dari stadium satu atau dua menjadi stadium empat. Penderita menjadi lebih menderita, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih lama, biaya lebih mahal, dengan hasil pengobatan yang menjadi kurang baik dibandingkan bila pengobatan diberikan pada stadium awal.

Sebenarnya yang disebut obat alternatif untuk kanker adalah operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, imunoterapi. Sementara yang dimaksud masyarakat awam obat alternatif tumbuhan saat ini sebenarnya adalah sebagai suplemen dan bukan obat kanker, karena hingga saat ini belum ada penelitian obat alternatif tersebut yang sesuai dengan kaidah ilmiah yang telah diuraikan di atas.

Saran dan anjuran dokter pada penderita kanker adalah tetaplah menjalani pengobatan utama yang sudah disarankan oleh dokter, sementara bila ingin menggunakan obat alternatif tumbuhan dan lainnya hanyalah sebagai suplemen atau tambahan dan sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter yang menangani. Jangan sebaliknya obat alternatif dijadikan obat utama sementara obat utamanya ditinggalkan dengan akibat kanker akan berkembang pesat. (*)

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code