Ticker

20/Tanya Dokter/ticker-posts

Rawat Rumah Untuk Penderita Kanker Stadium Terminal

TANYA:
Dok, ibu saya, umur 56 tahun, menderita kanker payudara kanan. Payudara kanannya sudah ada borok yang tidak sembuh-sembuh, dan lengan kirinya juga membengkak, dan saat sekarang sesak nafas serta kondisinya sudah sangat lemah.

Sudah diperiksa ke dokter dan dikatakan kanker payudara stadium lanjut sudah menyebar ke paru-paru dan sudah tidak dapat diobati lagi penyakitnya. Pengobatan di rumah sakit hanya untuk mengobati gejala penyakitnya saja. Apakah ibu saya dapat dirawat di rumah? Bagaimana caranya? Siapa yang merawatnya?Terimakasih atas jawaban dokter. ~ Ny. Reni, Pontianak.

JAWAB:
Pada penyakit kanker, dikenal istilah stadium penyakit kanker yang menggambarkan sudah sejauh mana kanker itu tumbuh dan berkembang di dalam tubuh. Ada empat stadium, stadium 1, 2, 3 dan 4. Pada stadium satu artinya, penyakit kanker masih tumbuh ditempat dia berasal dan belum menyebar kemana-mana dan relatif masih dapat disembuhkan dengan baik. Stadium empat artinya kanker sudah menyebar ke tempat jauh dari tempat dia tumbuh, bisa sudah menyebar ke paru-paru, liver, tulang belakang, otak , tulang pinggul dan lainnya.

Penderita kanker stadium terminal adalah pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan dan sudah mendekati fase kematian (terminal). Stadium terminal umumnya adalah pada kanker stadium lanjut, yang penyebaran kankernya sudah demikian jauh dan merusak berbagai fungsi organ vital tubuh, baik disekitar kanker itu tumbuh maupun di tempat jauh (metastasis), sehingga menyebabkan keadaan umum yang buruk bagi penderitanya. Pada keadaan ini sudah tidak dapat diberikan pengobatan baik berupa operasi, kemoterapi, maupun radioterapi.

Penilaian apakah penyakit kanker sudah masuk ke dalam stadium terminal atau belum, ditentukan oleh dokter ahlinya, melalui berbagai pemeriksaan, baik secara klinis maupun laboratorium dan pemeriksaan lainnya.

Perawatan di Rumah (Home Care)
Pengobatan pada penderita kanker stadium terminal, tidak lagi ditujukan pada upaya untuk penyembuhan, tetapi lebih diarahkan kepada pengobatan paliatif.

Pengobatan paliatif adalah pengobatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita seoptimal mungkin dengan kondisi kanker yang dia derita. Umumnya lebih ditujukan untuk mengatasi gejala penyakitnya dan bukan lagi mengatasi penyebabnya.

Dapat dibayangkan bagaimana perasaan penderita maupun keluarganya, pada saat mengetahui bahwa penyakit kankernya sudah tidak mungkin disembuhkan lagi. Ada beberapa sikap yang terjadi dalam menghadapi kondisi cobaan berat seperti ini, bisa berupa penolakan, amarah, konflik batin, depresi, sampai dengan penerimaan atau pasrah akan takdir yang dialaminya.

Penderita kanker stadium terminal memerlukan perawatan yang lebih khusus, karena banyaknya keluhan yang dia rasakan. Keluarga umumnya memasrahkan perawatan dan pengobatannya di rumah sakit, karena dianggap memang tenaga ahlinya ada disitu, dan keluarga tidak mengetahui bagaimana merawat penderita.

Namun, harus diketahui, pengobatan paliatif seperti ini tidak ada batas waktu sampai kapan harus dirawat di rumah sakit, karena hanya mengobati gejala penyakit saja sampai menunggu panggilan Allah. Jangka waktu perawatan bisa sangat lama, dan tentunya memerlukan biaya sangat besar baik untuk ongkos penginapan, obat-obatan, tenaga medis dan paramedis. Selain itu keluarga juga akan sangat repot, karena harus menunggu siang maupun malam, sehingga harus meninggalkan rumah, keluarga dan pekerjaan, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk transport dll.

Memang benar, untuk mengatasi keluhan-keluhan fisik yang dirasakan penderita seperti rasa nyeri, mual-mual, perdarahan, borok, sakit kepala dan lain-lain memerlukan tenaga dokter dan paramedis. Namun keluhan lain seperti rasa sepi, rasa kesendirian, putus asa, rasa takut, cemas, waswas, rasa ingin dicintai, rasa ingin disayangi, rasa aman, kebutuhan spiritual, support mental, support sosial, sangat memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya yang dengan tulus hati mau mendengar, memberikan uluran kasih sayang dan perhatian yang sangat diperlukan penderita mendekati saat-saat terakhirnya.

Perawatan paliatif bukan hanya dapat dilakukan di rumah sakit saja, namun dapat juga dilakukan di luar rumah sakit yaitu di rumah penderita itu sendiri. Perawatan di rumah penderita sendiri ini disebut juga home care. Home care dapat dilaksanakan dengan standart pengobatan seperti di rumah sakit.

Untuk dapat melaksanakan perawatan di rumah ini, perlu kerjasama berbagai pihak yang akan berfungsi sebagai Tim Perawatan Paliatif Rumah, yaitu dokter dan perawat rumah sakit, dokter di wilayah setempat bisa dokter Puskesmas atau dokter keluarga, PKK setempat dan relawan yang ingin membantu dan dibekali pelatihan tertentu sesuai bidang minat yang sesuai baik bidang perawatan, dukungan spiritual maupun dukungan moril ). Tim ini adalah tim yang ideal, dan sudah ada contohnya dan berjalan dengan baik di Surabaya, dipelopori oleh Rumah sakit Dr. Soetomo.

Untuk kita di Pontianak belum dibentuk Tim Perawatan Paliatif Rumah, mudah-mudahan untuk waktu yang akan datang bisa direalisasikan. Namun dengan kondisi yang ada sekarang, dapat saja dilakukan perawatan paliatif di rumah dengan tenaga yang lebih terbatas, yaitu dokter yang merawat pasien sejak awal, perawat di rumah sakit yang sudah biasa menangani penderita dan keluarga. Dan hal ini sudah diterapkan pada beberapa penderita.

Untuk perawatan luka, mengecek pemberian obat, menampung keluhan penyakit, memeriksa beberapa tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan dilakukan oleh perawat dengan periode waktu tertentu, kemudian melaporkan kepada dokter. Dokter memonitor dan bila sangat diperlukan juga datang ke rumah penderita. Namun karena keterbatasan waktu, tentunya dokter tidak dapat datang setiap hari seperti halnya di rumah sakit. Keluarga akan dilatih untuk merawat luka dan lain-lain yang sekiranya memungkinkan, agar selanjutnya dapat merawat penderita sendiri, kecuali yang memang tidak bisa.

Dengan perawatan paliatif di rumah, penderita akan lebih tenang, keluarga juga lebih tenang. Penderita akan lebih banyak bertemu dengan orang-orang yang dia cintai, berkumpul dengan keluarga yang akan sangat membantu baik secara psikologis, sosial maupun spiritual bagi penderita dalam menghadapi saat-saat akhir hidupnya.

Semoga pertanyaan sudah terjawab.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code