Ticker

20/Tanya Dokter/ticker-posts

Mengatasi Rasa Takut Terhadap Kanker Payudara

TANYA:
1. Dokter, saya wanita 38 tahun, ada benjolan di payudara kanan saya yang cepat membesar, dalam waktu enam bulan benjolan sudah sebesar jeruk Bali, saya takut dok, apakah penyakit saya ini kanker? Saya takut berobat ke dokter, takut kalau terbukti memang kanker, lalu payudara saya harus dibuang, bagaimana nasib saya dok? Saat ini saya masih berobat ke alternatif, tapi malah tambah membesar benjolannya. Tolong dok, harus bagaimana saya dok? Anak-anak saya masih kecil-kecil dok, saya kasihan sama mereka kalau terjadi apa-apa dengan saya. Jawaban dokter saya tunggu, Terimakasih. ~ Ny. Ana, Mempawah.

2. Dokter, saya wanita 40 tahun, ada benjolan di payudara kanan saya, dalam 5 bulan sudah membesar seperti bola tenis. Sudah dibiopsi oleh dokter yang merawat saya dan dari pemeriksaan patologi anatomi dikatakan positif kanker payudara. Dok, saya pasrah, seandainya payudara saya harus diangkat sekalipun tidak apa-apa yang penting saya bisa sembuh. Suami sayapun sangat mendukung saya. Apakah penyakit saya ini masih dapat disembuhkan? Nasihat dari dokter sangat saya nantikan. Terimakasih. ~ Ny. Ratna, Pontianak.

JAWAB:
Pertanyaan yang diajukan tersebut menggambarkan reaksi pribadi saat mengetahui menderita kanker. Sangat manusiawi apa yang diperlihatkan mereka berdua dan mungkin juga mewakili untuk menggambarkan para penderita kanker lainnya saat divonis sakit kanker. Ibu Ana masih memperlihatkan rasa takut yang berlebihan, sementara ibu Ratna sudah pasrah menghadapi kenyataan yang terjadi pada dirinya.

Setiap orang pasti akan cemas bila ada tumor pada tubuhnya, apalagi bila tumor itu ternyata ganas atau kanker. Pada wanita khususnya, bila kanker itu menyerang payudara, tentunya akan menimbullkan rasa takut yang lebih.

Betapa tidak? Payudara merupakan organ yang identik dengan sifat kewanitaan, body image, selain fungsinya untuk menyusui , reproduksi dan lainnya.

Bila payudara harus dibuang karena ada kankernya, tentunya akan menimbulkan problem kejiwaan yang cukup berat bila tidak siap menghadapi kenyataan yang terjadi.

Bagi kebanyakan orang, kanker dianggap sebagai penyakit yang amat mengerikan. Mereka sadar akan besarnya potensi bahaya yang ditimbulkannya, dan berpendapat serta yakin bahwa pada saat diagnosis kanker ditegakkan pada dirinya, maka hal itu seolah-olah adalah “surat kematian yang sudah menunggu “ atau telah terjadi malapetaka pada dirinya. Timbul pikiran-pikiran yang justru akan menghambat penyembuhan seperti rasa takut untuk dioperasi, rasa takut hubungan dengan suami akan terganggu, rasa takut akan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil, rasa rendah diri dan malu termasuk malu untuk berkonsultasi ke dokter, takut tidak ada biaya untuk mengobatinya karena mahal pengobatannya, takut tidak dapat disembuhkan , serta rasa takut lainnya , sampai pada depresi.

Terdapat beberapa fase perubahan mental-emosional yang biasa dilalui penderita dalam menghadapi penyakit berat termasuk kanker.

1. Fase pertama: Pengingkaran dan Isolasi
Setelah seseorang mengetahui bahwa dirinya menderita kanker, reaksi yang umum ditunjukkan adalah mengingkari kenyataan tersebut. Kata-kata yang sering diucapkan penderita pada fase ini adalah “ Itu tidak mungkin ……, Mungkin diagnosisnya salah,….Saya tidak percaya karena dikeluarga saya tidak ada yang kena kanker “ dan kalimat-kalimat sejenis yang intinya mengingkari kenyataan yang terjadi pada dirinya.

Akibat dari reaksi pengingkaran ini, penderita sering berpindah-pindah berobat dari satu dokter ke dokter lainnya, bahkan lebih sering berobat ke alternatif atau ke orang-orang yang dianggap “pintar”. Sebenarnya pengingkaran ini ada gunanya, yaitu sebagai buffer, selama pengingkaran penderita dapat mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya. Biasanya pengingkaran ini bersifat sementara dan segera berubah ke fase lain .

2. Fase kedua: Kemarahan Atau Anger
Bila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi fase kemarahan, kemurkaan, perasaan iri dan penolakan.

Penderita dapat mengalihkan kemarahan pada lingkungannya. Sering yang menjadi sasaran adalah orang yang berada disekelilingnya, seperti keluarga, orang terdekat, perawat atau dokter yang merawat. Semua tindakan perawat, dokter atau keluarga selalu disalahkannya, banyak menuntut, cerewet, mudah tersinggung, atau meminta banyak perhatian. Bila ada yang datang menjenguk ia menunjukkan sikap penolakan, sehingga akhirnya mereka enggan datang. Hal ini menyebabkan penderita lebih marah dan tidak senang.

3. Fase ketiga: Sikap tawar-menawar
Setelah marah-marah berlalu, penderita akan merasakan dan berpikir bahwa protesnya tidak ada arti. Mulailah timbul perasaan bersalah dan ia mulai lebih meningkatkan hubungan dengan Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri khas pada fase ini. Penderita berjanji akan berbuat banyak kebaikan bila penyakitnya dapat disembuhkan.

4. Fase keempat: Fase Depresi
Pada fase ini penderita merasa sedih dan berkabung karena ia akan kehilangan orang yang dicintai, pengalaman yang indah, kebiasaan atau hobi yang menggembirakan, kehilangan segala-galanya yang berarti, takut terhadap kematian , takut akan ketergantungan, takut menjadi beban, takut tidak dapat bersosialisasi, takut tidak dapat menjalankan fungssi sebagai ibu dan sebagai isteri serta rasa takut lainnya. Penderita dapat mengekspresikan kesedihannya dengan menangis atau mengungkapkannya secara verbal. Penderita mulai memikirkan masa yang akan datang dan memohon serta berdoa.

5. Fase kelima: Fase Penerimaan (Pasrah)
Setelah melalui fase-fase sebelumnya, penderita sampai pada fase yang terakhir yaitu fase penerimaan. Tidak ada lagi pengingkaran, penolakan atau depresi. Pada fase ini penderita sering mengeluh merasa lemah, tidur lebih banyak / panjang. Hampir tidak ada lagi emosi. Pada saat ini penderita telah menerima kenyataan atau pasrah bahwa dirinya menderita kanker.

Tidak semua fase tersebut harus dilalui satu persatu, karena respon penderita menghadapi vonis kanker sifatnya sangat individu, berbeda satu orang dengan lainnya tergantung pada kematangan kejiwaan dan juga tentunya ketaatan menjalankan agamannya. Makin matang kejiwaanya dan makin percaya akan takdir, maka makin cepat mencapai ke fase lima yaitu menerima kenyataan yang terjadi.

Permasalahannya tidak semua orang memiliki ketahanan kejiwaan yang matang, sehingga justru fase pengingkaran yang lebih dominan. Apa akibatnya bila hal ini yang terjadi ? Penderita justru takut berobat ke dokter dan mencari alternatif pengobatan lain, ke orang pintar, dengan berbagai cara pengobatan yang bahkan justru mempeburuk penyakitnya. Sering pada pengobatan alternatif, diobati dengan cara ditekan, dipijat, ditusuk jarum, dibekam, yang jutru akan mempercepat penyebaran kankernya. Selain itu dengan berjalannya waktu , kanker akan meningkat stadiumnya. Hal inilah yang sering menyebabkan penderita kanker datang terlambat, dimana datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut . Artinya setelah berobat ke orang pintar tidak menunjukkan hasil dan bahkan bertambah parah, baru datang ke orang yang sebelumnya dianggap kurang pintar yaitu ke dokter. Namun tentunya pengobatannya menjadi bukan yang terbaik lagi. Karena semakin lanjut stadium kanker diobati, maka hasilnya akan semakin kurang baik, berbeda bila diobatinya masih dalam stadium dini, maka hasilnya akan baik .

Bagaimanakah sikap yang terbaik bila menghadapi kenyataan menderita kanker ? Tentunya yang terbaik adalah menerima kenyataan itu secepat mungkin, yaitu masuk ke fase penerimaan atau pasrah, sehingga lebih cepat diobati oleh dokter.

Bila stadium masih dini, maka proses pengobatan akan relatif lebih cepat dan harapan kesembuhannya akan lebih baik. Jangan membuang-buang waktu percuma dengan mencari pengobatan alternatif, karena hingga kini pengobatan kanker hanyalah operasi, khemoterapi, radioterapi atau terapi hormon. Dengan membuang waktu, artinya memberikan kesempatan pada kanker untuk terus tumbuh dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga akhirnya sudah tidak dapat diobati lagi.

Semoga pertanyaannya sudah terjawab.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code