Ticker

20/Tanya Dokter/ticker-posts

Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM

Zubairi kecil bercita-cita menjadi pilot. Kini pupus sudah cita-citanya. Kenyataannya Zubairi kini menjadi dokter. Usai tamat dari SMA 3 Yogyakarta, Zubairi muda ikut tes ke kedokteran Universitas Indonesia. Beruntung ia diterima tahun 1965 dan lulus tahun 1971 (6 tahun kuliah, 4 tahun sarjana kedokteran dan 2 tahun dapat gelar dokter). 

Setelah lulus Zubairi muda memilih menjadi staf dokter penyakit dalam. Sejak itulah ia bergabung dengan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), dan mulai membuka praktek tahun 1978 di RSCM. Pendidikan spesialis penyakit dalam ke Paris tahun 1978. 

Dokter yang satu ini bukan olahragawan. Namun tiap hari jalan pagi di sekitar Tebet Timur, dan mengonsumsi sayur dan buah sehari tiga kali. Selain itu tetap aktif menulis konsultasi kesehatan di Harian Umum Republika setiap ahad. 

Menurutnya dokter dituntut mengikuti perkembangan kesehatan, obat mutakhir yang telah terbukti, teknik pengobatan dan informasi lainnya. Karena itu Prof. Zubairi sehari minimal 2 jam membuka internet. 

Resep sukses? 
"Saya pernah ingat ketika saya disuruh menggantikan senior yang lagi pendidikan keluar negeri di bagian penyakit dalam tahun 1971, saya merasa dengan 10 orang pasien setiap hari terlalu banyak. Sehingga badan terasa lelah, tenaga habis terkuras. Tapi ketika saya melihat senior saya, pasiennya sehari sampai 20 orang, beliau bisa mengerjakannya. Lama-lama, saya dapat menyimpulkan daya tahan manusia itu sangat luar biasa. Artinya dengan beban yang besar lama-lama tubuh kita dapat beradaptasi sekaligus kita dapat mengatur waktu. Apalagi kalau memiliki kemampuan menata waktu dengan baik, kerjaan kita bisa lebih baik lagi. Kalau saya me-manage waktunya learning by doing sambil menjalani kerjaan. Artinya jangan sampai kerjaan yang banyak membuat kita sakit. Tuhan memberikan kita kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kalau kita anggap kerjaan itu suatu beban akan terasa tidak enak. Tetapi kalau kerjaan itu kita nikmati maka akan terasa menyenangkan." 

Prinsip yang dipegang? 
"Manusia tidak ada yang sempurna. Tidak mungkin kita menguasai semua, tidak mungkin kita benar terus. Kita harus toleran, kita harus menghargai pandangan orang lain dan dapat menerima perbedaan dengan teman-teman tanpa kita harus menanggalkan prinsip hidup kita. Bahwa kita berbeda itu menjadi penting karena kita ditakdirkan berbeda. Saya lahir di Kauman dan teman-teman saya ada yang lahir di Merauke, Padang, Aceh, kita tidak minta dilahirkan. Jadi perbedaan itu sangat wajar." 

Kembali ke daftar Narasumber

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code